Bagi saya saat itu, pergi ke tanah suci terasa tak terjangkau, karena mahal banget dengan kondisi saya yang masih berstatus mahasiswa. Meski kalau kita pergi beribadah ke tanah suci Allah menjanjikan mengganti setiap sen-nya dan meskipun saya sudah nabung sejak SMA, tapi rasanya tabungan saya tak kunjung cukup untuk pergi ke sana, padahal hati saya udah menjerit pengeeeen banget sholat di depan ka'bah, pengen ke Raudhah, dll, wes mbuh piye carane. #pasrah
Sempat hati berbelok arah pengen pergi jalan-jalan ke Eropa buat lihat gondola & kanalnya di Venezia, menara Eiffel di Paris, la Sagrada Familia di Barcelona, Windmolen di Belanda, dan tempat wisata sebangsanya. Pokokmen yang mainstream dan terlihat wow keren. Tapi ternyata Alhamdulillah, Allah selalu mengembalikan hati saya yang melenceng itu untuk kembali fokus ingin beribadah ke tanah suci.
Setelah saya lulus kuliah, Allah memberikan saya rezeki. Berbekal traktiran dari tante, akhirnya saya bisa pergi ke tanah suci untuk menunaikan ibadah umrah tahun 2008. Waktu itu rame-rame bareng tante, sepupu dan saudara lainnya.
Masih cupu, namanya juga baru pertama kali. Tapi saya banyak dibimbing sama tante yang udah berpengalaman plus saya pun sudah mengantongi pengalaman pergi ke luar negeri sebelumnya. Alhamdulillah ada gunanya ternyata :)
Umrah babak pertama ini rutenya Semarang-Jakarta-Jeddah-Madinah-Makkah-Jeddah-Jakarta-Semarang dengan maskapai Garuda Indonesia. Waktu itu belum ada Garuda Indonesia yang landing langsung Madinah.
Sesampainya di Jeddah, saya kaget. Orang segitu banyak antri imigrasi, petugas imigrasinya geje semua, antrian mengular naga panjangnya. Astaghfirullah....
Pingin misuh tapi kok petugas imigrasinya ganteng-ganteng. #eh
Alhamdulillah semua berjalan lancar dan tidak menunggu waktu terlalu lama sudah bisa dapat cap imigrasi Saudi Arabia di paspor.
Lanjut perjalanan ke Madinah. Sampai Madinah, lihat Masjid Nabawi pertama kali saya takjub setengah hidup. Sungguh indah dan mendamaikan. Minum air zam-zam pertama kali pas masuk Masjid Nabawi, rasanya mak nyesss, nikmat tak terhingga. Sampai waktu sholat, dengar suara adzan dan imam bikin saya nangis tiada henti.
Saya pun takjub pas lihat kubah dalam masjid geser kebuka dan payung-payung di pelataran yang terkembang.
Yang paling seru adalah saat masuk Raudhah. Rasanya deg-degan banget, karena berasa mau ketemu Rasulullah secara langsung.
Masuk Raudhah butuh perjuangan, karena umpel-umpelan. Maklum, tempatnya kecil peminatnya banyak, waktunya (untuk jamaah perempuan) terbatas. Alhamdulillah bisa Sholat dan berdoa di sana.
Baca juga: Pengalaman Umrah Bersama Segerombolan Nenek-Nenek
Perjalanan dilanjutkan menuju Makkah, dengan mengambil miqat umrah di Bir Ali. Sepanjang perjalanan saya berfikir, betapa beratnya Rasulullah saat itu, perjalanan dari Madinah ke Makkah dengan mengendarai önta selama 7 hari 7 malam melewati gurun-gurun tandus yang panas, dengan tetap menjaga larangan-larangan ihram. Alhamdulillah sekarang kita sudah bisa menikmati fasilitas bus AC dan cuma 6 jam perjalanan, tidak seharusnya kita mengeluh apalagi misuh.
Sampai di Makkah, lihat Ka'bah pertama kali saya langsung lemes, air mata mengalir tiada henti. Rasanya seperti mimpi, saya bisa berada di depan Ka'bah yang selama ini cuma saya lihat di gambar dan di TV. (jaman itu masih belum ngetren nonton
Selama ibadah di tanah suci, hati rasanya tenang & benar-benar nikmat. Lupa segala urusan dunia. Karena kita serasa berada begitu dekat dengan Sang Pencipta.
Tidak pernah ada jamaah yang kapok pergi ke tanah suci, termasuk saya. Sampai akhirnya saya berdoa, saya pingin ada sticker umrah & cap Saudi Arabia di setiap paspor saya (dalam rentang waktu 5 tahun, paling tidak saya pingin umrah sekali). Aamiin....
menuju Baitullah |
Memang sih, kalau belum pernah kesana itu rasanya awang-awangen. Banyak yang menunda atau bahkan tidak berkeinginan untuk umrah/haji karena:
- masih muda, umrah/hajinya nanti aja kalau udah tua
- masih banyak keperluan (duniawi tentu saja)
- merasa banyak dosa
- merasa tidak kaya/tidak punya uang banyak
- merasa belum siap/masih ragu
- menunggu hidayah
- menunggu semuanya beres (nunggu punya suami/istri, nunggu anak lulus kuliah, nunggu punya jabatan, nunggu punya rumah, nunggu punya mobil, nunggu macem-macem deh ah)
- takut perbuatan buruknya dibalas di tanah suci
- takut duitnya habis
Padahal,
- Beribadahlah ke tanah suci selagi muda, karena badan kita masih sehat, fisik kuat, tenaga prima, pikiran masih fresh. Bayangkan kalau sudah tua, jalan udah susah, tenaga udah lemah, pikiran udah nggak karuan, gampang encok & masuk angin pula :(
- Keperluan duniawi tidak akan ada habisnya dari kita lahir sampai kita mati. Kejarlah akhiratmu, maka dunia akan mengikuti. Cobalah untuk menyeimbangkan antara dunia dan akhirat. Bukalah 2 tabungan, satu untuk keperluan dunia (beli ini itu), satu lagi untuk keperluan akhirat (umrah, haji, qurban, shodaqah, zakat, infaq, waqaf). Kalau kita mau pasti kita bisa. Yakin!
- Semua manusia pasti banyak dosa. Dengan kita beribadah ke tanah suci, kita memohon ampun atas dosa-dosa kita sekaligus beribadah mencari & mengumpulkan pahala sebanyak mungkin di sana. Biar timbangan amal kita impas, syukur-syukur banyakan pahalanya.
- Ibadah ke tanah suci memang mahal, tapi rezeki itu jaminan Allah dan selalu datang dari arah yang tak disangka-sangka, seperti pengalaman saya di atas, dan mungkin banyak lagi pengalaman orang yang tidak kaya/tidak punya uang banyak yang bisa beribadah ke tanah suci bahkan dengan tanpa biaya.
- Kalau ditanya siap, pasti kita akan jawab tidak siap. Tapi sampai kapan? Bahkan mati pun kita tak akan pernah siap & tak akan pernah ditanya sudah siap mati atau belum. Yang penting adalah keyakinan akan kekuasaan Allah SWT. Semakin yakin hati kita, semakin ingin kita dekat dengan-Nya.
- Hidayah itu dicari bukan ditunggu. (Emangnya bus kota, ditungguin lama bener baru lewat). Perbanyaklah mengkaji ilmu agama agar hidayah itu datang menyapa.
- Hidup ini tidak ada yang pasti, termasuk apa yang kita tunggu. Yang sudah pasti adalah mati. Sebelum masa berlaku kita habis di dunia, berlomba-lombalah kita mengumpulkan banyak pahala. Bukan malah berlomba mengumpulkan harta. Dan ibadah kita ini akan kita pertanggung jawabkan secara individu, bukan rame-rame. Jadi jangan tunggu-tungguan.
- Allah berjanji akan menghitung dan akan membalas amal-amal kita kelak di hari kemudian (yaum al hisab). Jika Allah memberi kemudahan atau kesulitan dalam pelaksanaan ibadah kita di tanah suci, itu merupakan bagian dari ujian terhadap kesabaran kita. Berperasangka baiklah kepada Allah, karena Allah sesuai prasangka hamba-Nya.
- Tenang, Allah akan mengganti setiap sen yang kita keluarkan untuk beribadah. Bagaimana kita takut dengan kefakiran, sementara kita adalah hamba Allah Yang Maha Kaya? Ingat, janji Allah itu pasti, gak kayak janjinya calon presiden yang 99,99% ingkar.
- Kalau masih banyak alasan-alasan lain, silakan bertanya pada diri sendiri: "Apa kabar iman?". Perbanyaklah mengkaji ilmu agama, datanglah ke majelis ilmu, jangan pernah putus membaca Al-Qur'an beserta terjemahannya, dan bergaullah bersama teman yang shaleh/shalehah.
Begitulah catatan perjalanan umrah saya,
Dari sini saya mengambil kesimpulan, bahwasannya ibadah ke tanah suci itu bukanlah ibadah dengan logika karena Allah dapat mengubah segala yang tidak mungkin menjadi mungkin diluar logika kita.
Menabunglah, berdoalah, carilah ilmu agama sebanyak mungkin, dan jangan lupa untuk banyak-banyak bersedekah.
Semoga tulisan ini bermanfaat menguatkan teman-teman yang hatinya telah rindu ingin melangkah ke tanah suci untuk mengumpulkan kepingan pahala dan semoga kalian dimudahkan menuju ke Baitullah.
InsyaAllah.
1 komentar
cerita sangat menginspirasi sekali dan bermanfaat buat yang baru pertama kali umroh..terima kasih ya sudah berbagi
ReplyDeleteSilakan tinggalkan komentar, tapi mohon maaf komentar saya moderasi karena banyaknya spam.
Mohon untuk tidak menyertakan link hidup, ya...
thanks,