Jalan-Jalan ke Jayapura
Sebenarnya ini adalah cerita kenangan tahun 2014 saat masih di kantor lama dan masih banyak perjalanan ke wilayah Indonesia timur.
Jayapura termasuk salah satu wilayah yang rawan konflik di Indonesia. Ada aja kasus-kasus bentrokan lah, penembakan lah, kerusuhan lah, dll. Saya nggak akan ngebahas konflik tapi cuma mau cerita tentang pengalaman jalan-jalan di salah satu daerah konflik di Indonesia.
Saya dinas ke Jayapura berdua sama teman selama 4 hari. Nginapnya di Abepura, salah satu kecamatan di Kota Jayapura.
Dari hotel saya di Abepura ini sekitar 15 km ke pusat kota Jayapura. Saya tiap hari naik 'taksi' dari hotel sampai ke terminal bus Entrop. Yang namanya taksi itu bukan taksi macam di Jawa yang bagus dan ber-AC ya, tapi mobil L300 semacam angkudes. Dari terminal nyambung lagi pakai angkot ke kantor sekitar 7 km dimana saya akan mengambil data untuk urusan pekerjaan.
Tiap pagi naik angkot bareng mama-mama yang mau ke pasar atau berkegiatan ke pusat kota. Kadang bareng sayuran sama ayam segala, tumplek blek empet-empetan dalam 'taksi'. Sampai di Terminal Entrop lebih rame lagi suasananya. Seru aja, melihat kehidupan masyarakat Jayapura.
'taksi' di Jayapura |
Alhamdulillah Allah selalu mempertemukan saya dengan orang-orang yang baik di Jayapura.
Saya menanyakan jurusan angkot dari Terminal Entrop ke Dok IV kepada seorang bapak-bapak. Bapak itu menunjukkan angkotnya dan memberi pesan ke saya:
"Kakak bukan orang sini ya? Tinggal dimana? Hati-hati ya kakak, nanti kalau pulang ke Abepura sebelum jam 8 malam ya. Soalnya di sini kalau sudah masuk jam 8 banyak orang mabuk di jalanan."
Pesan yang sama juga disampaikan sama bapak-bapak yang saya temui di sekitar hotel saat saya cari makan malam.
mama-mama penjual dan pembeli buah pinang |
Ya, di Jayapura dan wilayah lain di Papua memang mabuk minuman keras itu sudah menjadi tradisi sehari-hari. Orang mabuk bakalan terbit di jalanan mulai jam 8 malam sampai pagi. Ada teman saya sewaktu dinas di Manokwari-Papua Barat, mau berangkat ke bandara naik ojek. Eh doi dikejar sama orang mabuk dan nyaris dilempar botol miras. Untuk tukang ojeknya gesit buat tancap gas.
Orang mabuk ini memang ancaman terbesar buat keamanan karena bisa memicu kerusuhan dan kejahatan lainnya. Karena orang mabuk kan bisa melakukan segalanya suka-suka dia. Apalagi kalau mereka kleweran di jalanan, orang lewat aja bisa disamber.
Baca juga: Pengalaman Melintas Batas Yordania - Palestina Via Allenby Bridge
Selesai urusan pekerjaan, saya yang tukang jalan-jalan ini tentu saja penasaran pengen berkelana keliling Kota Jayapura. Saya tanya-tanya ke orang sana, tempat yang pemandangannya bagus dimana dan bisa naik apa ke sana.
Dari sekian banyak yang direkomendasikan, saya memilih untuk ke Danau Sentani, Taman Mesran dekat pelabuhan Jayapura, keliling dari pantai ke pantai, melihat pemandangan dari atas bukit pemancar di Polimak dan dari TVRI di Bayangkara, serta ke Pasar Sentral Hamadi.
salah tiga dari beberapa pantai yang saya kunjungi |
Sebenernya sih saya pengen ke perbatasan Indonesia-Papua New Guinea di Skouw dan Bukit Teletubbies Pegunungan Cyclop di Markas TNI Rindam Jaya Kodam 8 Trikora tapi sayang sekali 2 tujuan ini sangat tidak direkomendasikan oleh masyarakat setempat pada saat itu, karena baru saja ada tembak menembak yang memakan korban jiwa antara aparat dan 'yang katanya separatis', tepat saat saya mendarat di Jayapura. Bahkan sampai saya meninggalkan Jayapura, situasi di daerah itu masih tegang.
Pantesan di bandara dan sepanjang jalan yang rawan konflik banyak banget pengamanan aparat bersenjata. Ya beginilah kalau lagi jalan-jalan di daerah konflik. Kadang kenyataan tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Yang penting kita mesti patuh sama saran orang setempat demi keamanan dan keselamatan kita sendiri.
Baca juga: Pengalaman KKN Sambil Jalan-Jalan
Kondisi tidak stabil di Jayapura saat itu tidak menyurutkan saya untuk tetap jalan-jalan ke tempat yang direkomendasikan aman dari konflik. Saya juga tetap naik angkot kemana-mana. Alhamdulillah aman. Bahkan untuk menuju ke beberapa pantai, ke bukit pemancar dan TVRI saya naik ojek atas rekomendasi abang-abang ojek yang mangkal di sana.
Mereka baik-baik lho, menawarkan untuk mengantar dan sabar menunggu saya ambil foto di sana dan nganterin balik lagi ke tempat awal saya naik ojek. Mereka juga nggak ngemplang alias tarifnya normal dan nggak mahal. Mungkin kalau di Jawa, saya naik ojek keliling-keliling macam begini udah dikemplang harganya.
Ada juga yang nunjukin tempat bagus lainnya untuk ambil foto dan mereka bersedia mengantar. Ada juga yang ngasih tips saat di sebuah pantai:
"Kakak jangan duduk di sana (saung-saung di pinggiran pantai) ya, soalnya nanti kakak didatangi orang-orang pemilik saung dan disuruh bayar. Mahal, kak. Kakak ke sebelah sana saja, pemandangannya lebih bagus dan nggak ada warga yang mintain uang". Ceritanya si mamang ojek takut saya kena palak di pantai. hehehe
Bagi saya, Jayapura itu indah banget. Langit dan lautnya masih biru, ikannya masih manis, airnya masih jernih. Walaupun tempat wisatanya belum digarap dengan maksimal dan masih rawan konflik hingga kini, tapi tetap menyenangkan untuk didatangi.
Kesan saya sama orang-orang di Jayapura yang saya temui di pangkalan ojek, di sekitaran hotel, di pasar, di terminal, di pantai, dan lainnya itu 99% baik, ramah, dan tulus. Meskipun mungkin tampang beberapa dari mereka agak menyeramkan.
Dan jalan-jalan di daerah konflik tidak selamanya menyeramkan dan mencekam setidaknya pengalaman saya ke Palestina dan Papua. Yang penting tetap waspada dan selalu berdoa, karena hanya Allah lah yang dapat memberikan perlindungan kepada hambanya.
5 komentar
Wahhh kayapura memang indah sekali yaaa, pengen sekali kalo ada waktu bisa menginjakkan kaki di tanah jayapuraa.. Mendengar cerita dari sini aja udah bikin melayang layang wuehehe
ReplyDeletesemoga kesampaian ke Jayapura ya...
DeleteCerita jalan-jalan mbak Dita selalu menginspirasi ^^b keren mbak
ReplyDeleteterima kasih mbak Nike ...
Deletejangan bosen mampir sini ya... :)
Ih keren banget sih, udah melancong dari Sabang sampai Merauke beneran nih.
ReplyDeleteBtw jadi sedih deh mikirin konflik di sana.
Sedih juga saya kehilangan kontak dengan teman yang tinggal di sana, semoga dia dan keluarganya baik-baik saja :)
Silakan tinggalkan komentar, tapi mohon maaf komentar saya moderasi karena banyaknya spam.
Mohon untuk tidak menyertakan link hidup, ya...
thanks,